Sebagai salah satu tanaman penghasil minyak asiri, daun mint punya banyak khasiat. Tak heran, daun mint ini banyak digunakan sebagai bahan obat. Potensi pasarnya juga terbuka lebar. Apalagi, bila pembudidaya bisa menjalin kerja sama dengan industri besar.
Daun mint (Mentha cordifolia) banyak dikenal karena memberi efek segar. Selain memiliki kandungan minyak asiri, tumbuhan ini juga mengandung vitamin C, provitamin A, fosfor, kalsium, dan potasium.
Aroma wanginya bahkan berkhasiat melancarkan sistem pencernaan, pernapasan, dan berbagai penyakit ringan lainnya. Lantaran beragam khasiat inilah, daun mint juga diburu para produsen makanan dan minuman untuk memberikan rasa khas mentol.
Itulah sebabnya, peluang agribisnis daun mint besar. "Saat ini, saya masih kewalahan memenuhi permintaan dari industri jamu di Jawa Tengah," ujar Seto Hidayat, salah satu pembudidaya daun mint.
Seto menanam pohon mint sejak tahun ini. Ketika itu ia melihat pasar yang masih terbuka luas. Ia pun menjalin kerja sama dengan industri jamu supaya produknya bisa disalurkan dengan rutin.
Menurut Seto, dari setiap lahan seluas 1 m2, bisa dipanen 1 kilogram (kg) daun mint. Alhasil, Seto yang memiliki lahan 1.500 m2, bisa menuai 1.500 kg daun mint setiap kali panen.
Harga jual daun mint basah berkisar Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per kg. Adapun harga daun mint kering lebih tinggi lagi, yakni Rp 30.000 hingga Rp 60.000 per kg.
Seto bilang, daun mint bisa dipanen minimal seminggu sekali hingga sebulan sekali. Pasalnya, tingkat kematangan daun mint yang dibutuhkan konsumen berbeda-beda. Namun, biasanya, ia memetik daun mint dua minggu sekali dan menjualnya dalam kondisi basah. "Saya bisa mengantongi omzet hingga Rp 30 juta per bulan," ujar Seto.
Selain Seto, Nizar Zulmi juga membudidayakan daun mint di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Tapi, berbeda dengan Seto, Nizar lebih banyak menjual daun mint kering. "Daun mint kering lebih praktis," ujarnya.
Permintaan daun mint kering banyak datang dari Surabaya, Kalimantan, dan Jakarta. Saban bulan, Nizar sanggup menjual hingga 30 kg daun mint kering.
Harga daun mint kering lebih mahal, karena melewati proses pengeringan terlebih dulu selama dua hingga empat hari. Karena itu, Nizar pun menjual daun mint kering seharga Rp 150.000 per kg. Daun mint kering ini sanggup bertahan hingga enam bulan. Meski pesanan terus meningkat, Nizar mengaku, belum bisa menyuplai daun mint lebih banyak karena karyawannya masih terbatas.
Pelanggan daun mint kebanyakan datang dari pengusaha restoran atau produsen teh yang menggunakan daun mint sebagai campuran. Maklum, khasiat daun mint bisa digunakan sebagai terapi aroma serta mengobati rasa mual.
Daun mint asal Mataram, menurut Nizar, juga memiliki perbedaan dibandingkan dengan daun mint dari daerah lainnya. Yakni, memiliki karakteristik daun yang lebih lebar. Itu lantaran kondisi tanah vulkanik di kaki Gunung Rinjani sebagai tempat budidaya tanaman mint, memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Selain itu, cuaca dingin di kawasan tersebut sangat mendukung pertumbuhan pohon mint hingga tumbuh dengan sangat baik.
Membibitkan tanaman mint terbilang mudah, Cukup melalui stek batang maka bibit baru bisa dikembangkan. Agar daun mint tumbuh sempurna, perhatikan jarak tanam dan jaga pasokan air. Jangan lupa bersihkan rumput di sekitar tanaman.
Untuk membudidayakan tanaman mint terbilang mudah. Tanaman bernama latin Mentha cordifolia ini bisa dibudidayakan dengan cara stek batang, yakni dengan menanam batang mint dengan jarak tanam minimal 20 centimeter (cm).
Tanaman daun mint ini termasuk kelompok tanaman yang merambat ke samping, seperti pohon stroberi. Setelah usia tanam tiga bulan, daun mint biasanya merebah ke tanah. Tanaman tergolong tanaman semak karena tingginya tidak lebih dari satu jengkal.
Lahan yang cocok untuk tanaman mint adalah lahan yang memiliki curah hujan sedang. Lebih cocok lagi cari lahan berada di dataran tinggi yang beriklim sejuk.
Nizar Zulmi, pembudidaya daun mint dari Rinjani Asitaba bilang, penanaman daun mint di ketinggian lebih cepat tumbuh ketimbang menanam mint di dataran rendah. Semakin tinggi lahan, semakin cepat mint berkembang. Selain itu, "Daun semakin lebar dan warna hijaunya semakin menarik," terang Nizar.
Untuk media tanam yang baik untuk tanaman mint adalah tanah gembur atau tanah yang biasa untuk menanam tanaman jenis biji-bijian. "Jenis tanah sawah cukup bagus untuk tanaman mint," ujar Seto Hidayat yang juga pembudidaya daun mint.
Dalam menanam bibit mint, yang harus menjadi perhatian adalah jarak tanam. Sebaiknya untuk satu meter persegi lahan, cukup ditanam dengan empat batang mint saja.
Lahan yang dipersiapkan sebaiknya ada di lokasi yang terbuka, sehingga tanaman ini bisa mendapatkan sinar matahari yang cukup. Selain itu, tanaman mint membutuhkan pupuk nitrogen yang bisa dilakukan sekali sepekan.
Juga penting untuk diperhatikan adalah menjaga pasokan air. Saat musim panas, intensitas penyiraman air bisa dilakukan dua sampai tiga kali sehari.
Saat musim hujan, tanaman disiram seperlunya saja. Menurut Nizar, media tanah tempat menanam mint mesti dijaga dalam kondisi lembap biar daun mint berkembang cepat. Namun mesti hati-hati menyiram daun mint, air yang kebanyakan bisa membuat daun cepat layu dan busuk.
Dari segi daya tahan tanaman, Seto bilang tanaman mint termasuk kelompok tanaman yang tidak memiliki banyak musuh. "Tanaman ini tahan hama," ujar Seto.
Yang jelas, seperti halnya merawat tanaman lain, menanam mint pun butuh perawatan yang serius. Para pekebun tanaman ini mesti menjaga agar lahan tidak ditumbuhi tanaman lain, terutama rerumputan.
Nizar bilang, rumput yang tumbuh di sekitar tanaman mint bisa memperlambat pertumbuhan tanaman. Rumput akan mengambil nutrisi yang ada pada tanah jika berada dekat dengan daun mint.
Gangguan akibat rumput itu akan membuat daun mint tumbuh kecil dan berlubang. "Kondisi lahan sangat penting agar kualitas daun mint tetap prima," ujar Nizar.
Untuk panen daun mint bisa dilakukan saat usia tanam sudah memasuki enam bulan. Pemanenan daun mint bisa dilakukan sampai dengan usia tanaman mint dua tahun.
Daun mint yang siap petik adalah daun yang berusia dua minggu semenjak pupus. Usia daun ini sudah menghasilkan aroma wangi mint yang menyengat sekaligus menyegarkan. "Sekarang daun dipetik, beberapa hari kemudian daun baru akan tumbuh," terang Nizar.
(Selesai)
Untuk membudidayakan tanaman mint terbilang mudah. Tanaman bernama latin Mentha cordifolia ini bisa dibudidayakan dengan cara stek batang, yakni dengan menanam batang mint dengan jarak tanam minimal 20 centimeter (cm).
Tanaman daun mint ini termasuk kelompok tanaman yang merambat ke samping, seperti pohon stroberi. Setelah usia tanam tiga bulan, daun mint biasanya merebah ke tanah. Tanaman tergolong tanaman semak karena tingginya tidak lebih dari satu jengkal.
Lahan yang cocok untuk tanaman mint adalah lahan yang memiliki curah hujan sedang. Lebih cocok lagi cari lahan berada di dataran tinggi yang beriklim sejuk.
Nizar Zulmi, pembudidaya daun mint dari Rinjani Asitaba bilang, penanaman daun mint di ketinggian lebih cepat tumbuh ketimbang menanam mint di dataran rendah. Semakin tinggi lahan, semakin cepat mint berkembang. Selain itu, "Daun semakin lebar dan warna hijaunya semakin menarik," terang Nizar.
Untuk media tanam yang baik untuk tanaman mint adalah tanah gembur atau tanah yang biasa untuk menanam tanaman jenis biji-bijian. "Jenis tanah sawah cukup bagus untuk tanaman mint," ujar Seto Hidayat yang juga pembudidaya daun mint.
Dalam menanam bibit mint, yang harus menjadi perhatian adalah jarak tanam. Sebaiknya untuk satu meter persegi lahan, cukup ditanam dengan empat batang mint saja.
Lahan yang dipersiapkan sebaiknya ada di lokasi yang terbuka, sehingga tanaman ini bisa mendapatkan sinar matahari yang cukup. Selain itu, tanaman mint membutuhkan pupuk nitrogen yang bisa dilakukan sekali sepekan.
Juga penting untuk diperhatikan adalah menjaga pasokan air. Saat musim panas, intensitas penyiraman air bisa dilakukan dua sampai tiga kali sehari.
Saat musim hujan, tanaman disiram seperlunya saja. Menurut Nizar, media tanah tempat menanam mint mesti dijaga dalam kondisi lembap biar daun mint berkembang cepat. Namun mesti hati-hati menyiram daun mint, air yang kebanyakan bisa membuat daun cepat layu dan busuk.
Dari segi daya tahan tanaman, Seto bilang tanaman mint termasuk kelompok tanaman yang tidak memiliki banyak musuh. "Tanaman ini tahan hama," ujar Seto.
Yang jelas, seperti halnya merawat tanaman lain, menanam mint pun butuh perawatan yang serius. Para pekebun tanaman ini mesti menjaga agar lahan tidak ditumbuhi tanaman lain, terutama rerumputan.
Nizar bilang, rumput yang tumbuh di sekitar tanaman mint bisa memperlambat pertumbuhan tanaman. Rumput akan mengambil nutrisi yang ada pada tanah jika berada dekat dengan daun mint.
Gangguan akibat rumput itu akan membuat daun mint tumbuh kecil dan berlubang. "Kondisi lahan sangat penting agar kualitas daun mint tetap prima," ujar Nizar.
Untuk panen daun mint bisa dilakukan saat usia tanam sudah memasuki enam bulan. Pemanenan daun mint bisa dilakukan sampai dengan usia tanaman mint dua tahun.
Daun mint yang siap petik adalah daun yang berusia dua minggu semenjak pupus. Usia daun ini sudah menghasilkan aroma wangi mint yang menyengat sekaligus menyegarkan. "Sekarang daun dipetik, beberapa hari kemudian daun baru akan tumbuh," terang Nizar.
(Selesai)
.
Boleh minta no telvon yang bisa di hubungi pak.. Saya cukup tertarik dengan budidaya tanaman ini.
Boleh minta no telvon yang bisa di hubungi pak.. Saya cukup tertarik dengan budidaya tanaman ini.
Ada cp pak seto hidayat?