Beternak Itik mojosari bisa menjadi peluang usaha yang menarik. Berbeda dengan itik petelur lainnya, itik mojosari memiliki ukuran telur lebih besar. Setiap bulan, peternak pun mampu mendulang omzet hingga ratusan juta rupiah. Bahkan ketika itik tak lagi produktif, harga jual itik ini juga terbilang tinggi.
Itik petelur lokal memiliki beragam asal usul. Itik-itik ini sering disebut sesuai wilayah asal dan sifat morfologis seperti itik alabio, itik tegal, itik bali, itik mojosari, itik magelang, dan itik cirebon.
Di antara banyak jenis itik lokal ini, itik mojosari merupakan salah satu itik lokal petelur unggulan. Tak heran, Dody Faizal pun memilih mengembangkan itik mojosari ini karena potensi ekonominya lebih tinggi dibanding itik jenis lain.
Ukuran telur itik mojosari lebih besar ketimbang telur itik lokal lainnya. "Ukuran telurnya sekitar 70 gram sampai 75 gram, kalau itik lainnya hanya 60 gram sampai 65 gram," kata Dody yang memiliki peternakan itik di Mojokerto, Jawa Timur.
Dody baru mulai beternak itik mojosari sejak 2007 lalu. Sejatinya, usaha ini merupakan warisan turun temurun keluarganya. Itulah sebabnya, Dody tak sulit mengembangkan peternakan itik itu.
Selain menjual telur itik, Dody juga menjual itik petelur, mulai dari itik yang siap bertelur dan itik yang masih berusia sehari atau DOD (day old duck).
Untuk itik siap bertelur, Dody menjual seharga Rp 40.000 hingga Rp 43.000 per ekor. "Bulan ini sedang mahal-mahalnya, harga itik mencapai Rp 45.000 per ekor. Itik petelur jenis lain sekitar Rp 42.000 per ekor" katanya.
Sementara, untuk DOD, Dody mematok harga sebesar Rp 3.500 per ekor. Adapun untuk harga telur, Dody membanderol Rp 1.200 per butir.
Kini, usaha Dody sudah sangat mapan. Saban bulan, ia mampu meraup omzet hingga Rp 350 juta. Perolehan omzet sebesar ini berasal dari penjualan itik siap telur sekitar 5.000 ekor, itik usia sehari sebanyak 10.000 hingga 15.000 ekor, dan telur itik. "Itu penjualan rata-rata. Bulan ini saja, penjualan untuk itik siap telur bisa mencapai 20.000 ekor karena ada orang dari Jawa Barat yang pesan hingga 18.000 ekor," kata Dody.
Di peternakannya, Dody bisa memproduksi telur hingga 2.000 butir tiap hari. Alhasil, dalam sebulan, peternakan Dody mampu menghasilkan telur sebesar 60.000 butir.
Menurut Dody, itik mojosari memiliki masa produktif selama 12 bulan. Pada tahun ke dua, itik mojosari masih mampu menghasilkan telur, namun tak banyak.
Biasanya, setelah tak produktif lagi, itik mojosari akan dijual untuk dimanfaatkan dagingnya. Harga jual itik mojosari yang tidak produktif juga masih cukup tinggi yakni sekitar Rp 31.000 hingga Rp 33.000 per ekor.
Agus Harianto pemilik Sentral Ternak di Malang, Jawa Timur juga mengakui permintaan itik petelur mojosari tinggi. Hal ini karena itik ini memiliki beberapa kelebihan, seperti mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.
Selain itu, ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis itik lainnya. Sehingga, konsumsi pakan ternak itik mojosari lebih sedikit dan lebih ekonomis.
Cangkang telur itik mojosari yang berwarna hijau kebiruan juga lebih menarik minat konsumen, ketimbang itik lainnya yang berwarna putih. "Konsumen Indonesia banyak yang menyukai telur itik mojosari," kata Agus.
Keistimewaan lain dari itik mojosari ini, produktivitas telur bisa mencapai 90% saat itik mencapai puncak produksi. Angka ini sama dengan 328 butir telur yang dihasilkan itik mojosari setiap tahunnya.
Jumlah ini tentu saja lebih tinggi dibanding produktivitas itik petelur lainnya. Bahkan selepas masa puncak produksi, itik mojosari masih mampu menghasilkan telur hingga 75%.
Sama seperti Dody, Agus membanderol harga telur itik mojosari Rp 1.200 per butir. Sedangkan, ia menjual DOD seharga Rp 3.500 per ekor.
Dalam satu bulan, Agus sanggup memenuhi pesanan permintaan bibit itik mojosari sekitar 12.000 ekor sampai dengan 15.000 ekor. Dengan begitu, Agus pun bisa mendulang omzet lebih dari Rp 52 juta sebulan.
Agus menambahkan, permintaan DOD itik mojosari ini tak pernah sepi. Bahkan sekarang ini, permintaan itik mojosari pun banyak datang dari berbagai daerah di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, bahkan hingga Papua.
Itik petelur lokal memiliki beragam asal usul. Itik-itik ini sering disebut sesuai wilayah asal dan sifat morfologis seperti itik alabio, itik tegal, itik bali, itik mojosari, itik magelang, dan itik cirebon.
Di antara banyak jenis itik lokal ini, itik mojosari merupakan salah satu itik lokal petelur unggulan. Tak heran, Dody Faizal pun memilih mengembangkan itik mojosari ini karena potensi ekonominya lebih tinggi dibanding itik jenis lain.
Ukuran telur itik mojosari lebih besar ketimbang telur itik lokal lainnya. "Ukuran telurnya sekitar 70 gram sampai 75 gram, kalau itik lainnya hanya 60 gram sampai 65 gram," kata Dody yang memiliki peternakan itik di Mojokerto, Jawa Timur.
Dody baru mulai beternak itik mojosari sejak 2007 lalu. Sejatinya, usaha ini merupakan warisan turun temurun keluarganya. Itulah sebabnya, Dody tak sulit mengembangkan peternakan itik itu.
Selain menjual telur itik, Dody juga menjual itik petelur, mulai dari itik yang siap bertelur dan itik yang masih berusia sehari atau DOD (day old duck).
Untuk itik siap bertelur, Dody menjual seharga Rp 40.000 hingga Rp 43.000 per ekor. "Bulan ini sedang mahal-mahalnya, harga itik mencapai Rp 45.000 per ekor. Itik petelur jenis lain sekitar Rp 42.000 per ekor" katanya.
Sementara, untuk DOD, Dody mematok harga sebesar Rp 3.500 per ekor. Adapun untuk harga telur, Dody membanderol Rp 1.200 per butir.
Kini, usaha Dody sudah sangat mapan. Saban bulan, ia mampu meraup omzet hingga Rp 350 juta. Perolehan omzet sebesar ini berasal dari penjualan itik siap telur sekitar 5.000 ekor, itik usia sehari sebanyak 10.000 hingga 15.000 ekor, dan telur itik. "Itu penjualan rata-rata. Bulan ini saja, penjualan untuk itik siap telur bisa mencapai 20.000 ekor karena ada orang dari Jawa Barat yang pesan hingga 18.000 ekor," kata Dody.
Di peternakannya, Dody bisa memproduksi telur hingga 2.000 butir tiap hari. Alhasil, dalam sebulan, peternakan Dody mampu menghasilkan telur sebesar 60.000 butir.
Menurut Dody, itik mojosari memiliki masa produktif selama 12 bulan. Pada tahun ke dua, itik mojosari masih mampu menghasilkan telur, namun tak banyak.
Biasanya, setelah tak produktif lagi, itik mojosari akan dijual untuk dimanfaatkan dagingnya. Harga jual itik mojosari yang tidak produktif juga masih cukup tinggi yakni sekitar Rp 31.000 hingga Rp 33.000 per ekor.
Agus Harianto pemilik Sentral Ternak di Malang, Jawa Timur juga mengakui permintaan itik petelur mojosari tinggi. Hal ini karena itik ini memiliki beberapa kelebihan, seperti mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.
Selain itu, ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis itik lainnya. Sehingga, konsumsi pakan ternak itik mojosari lebih sedikit dan lebih ekonomis.
Cangkang telur itik mojosari yang berwarna hijau kebiruan juga lebih menarik minat konsumen, ketimbang itik lainnya yang berwarna putih. "Konsumen Indonesia banyak yang menyukai telur itik mojosari," kata Agus.
Keistimewaan lain dari itik mojosari ini, produktivitas telur bisa mencapai 90% saat itik mencapai puncak produksi. Angka ini sama dengan 328 butir telur yang dihasilkan itik mojosari setiap tahunnya.
Jumlah ini tentu saja lebih tinggi dibanding produktivitas itik petelur lainnya. Bahkan selepas masa puncak produksi, itik mojosari masih mampu menghasilkan telur hingga 75%.
Sama seperti Dody, Agus membanderol harga telur itik mojosari Rp 1.200 per butir. Sedangkan, ia menjual DOD seharga Rp 3.500 per ekor.
Dalam satu bulan, Agus sanggup memenuhi pesanan permintaan bibit itik mojosari sekitar 12.000 ekor sampai dengan 15.000 ekor. Dengan begitu, Agus pun bisa mendulang omzet lebih dari Rp 52 juta sebulan.
Agus menambahkan, permintaan DOD itik mojosari ini tak pernah sepi. Bahkan sekarang ini, permintaan itik mojosari pun banyak datang dari berbagai daerah di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, bahkan hingga Papua.
Beternak itik mojosari memang menggiurkan, meski pemeliharaannya tak mudah. Peternak harus mampu menekan biaya pakan, supaya keuntungan mengucur deras. Selain itu, peternak harus menjaga kebersihan kandang agar itik nyaman saat bertelur.
Bagi peternak pemula, membudidayakan itik asal Mojosari, Mojokerto, Jawa Timur, ini bisa melalui dua cara. Pertama, dengan memelihara induk yang siap bertelur. Kedua, menetaskan telur tanpa induk. "Kalau itik siap bertelur itu tinggal menunggu dua minggu, itik akan bertelur. Sedangkan, untuk itik kecil harus menunggu lima hingga enam bulan untuk bertelur," kata Dody Faisal, peternak itik mojosari asal Mojokerto.
Setidaknya, ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh para peternak, yakni pakan, kandang, dan perawatan. Soal pakan, formula yang salah akan berakibat pada kematian.
Itik diberi makan tiga kali sehari dengan menu yang sama setiap harinya. "Jangan sampai itik makan bangkai, seperti bangkai tikus atau bangkai cecak, karena berakibat kematian," kata Dody.
Standar pakan yang baik harus memenuhi unsur protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Misal, untuk itik petelur yang berumur 26 minggu ke atas, pakan harus mengandung protein sebesar 18% dan karbohidrat minimal 2.900 kilo kalori.
Setelah mencapai umur empat bulan, itik petelur harus banyak aktivitas atau diangon, untuk mendapatkan pakan tambahan berupa hijauan seperti rontokan padi ataupun cacing.
Namun, selain kombinasi nutrisi yang baik, peternak harus melakukan efisiensi makanan itik. "Sebab, keuntungan itik itu terletak pada pengelolaan pakan. Biaya pakan itik saya sebesar Rp 40.000 per 100 ekor per hari," kata Dody.
Tak hanya pakan, peternak juga harus menyiapkan kandang yang ideal bagi itik. Yakni, cukup angin, cukup sinar matahari, dan selalu kering atau tiada genangan. "Per satu meter persegi itu maksimal empat ekor bebek," kata Doddy.
Sementara itu, menurut Agus Harianto, pemilik Sentral Ternak di Malang, Jawa Timur, peternak harus memperhatikan kehangatan suhu untuk kandang day old duck (DOD) atau anak itik usia satu hari sampai tujuh hari. Biasanya, peternak menggunakan lampu bohlam untuk mendapatkan suhu antara 34 0 C hingga 360C, suhu yang sama dengan suhu di dalam telur. "Pemanas buatan ini dipakai hingga itik berumur tiga minggu," jelasnya.
Kandang itik pun harus diberi alas berupa jerami padi agar itik tidak langsung terkena kelembapan tinggi dan debu yang berasal dari tanah. "Karena jika langsung menyentuh tanah, itik dapat terserang penyakit saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan kematian," imbuhnya.
Saat itik masih berusia satu hari sampai tujuh hari, kandang itik dengan luas satu meter persegi idealnya dihuni 35 ekor sampai 40 ekor anak itik. Selanjutnya, jumlah anak itik mojosari dalam kandang koloni harus terus dikurangi, karena itik ini masih dalam proses pertumbuhan sehingga membutuhkan tempat yang cukup luas untuk bergerak.
Setelah berumur tiga minggu, kandang tak perlu penghangat buatan. Selain itu, itik tidak perlu lagi diberikan vitamin tambahan. Penambahan suplemen hanya dilakukan dalam kondisi tertentu, seperti saat itik sakit.
Comments :
0 komentar to “Budidaya Itik Mojosari”
Posting Komentar